Thursday, 5 June 2014

21:06
Sebuah wabah hantu, kerasukan, dan pengusiran hantu yang tidak biasa telah melanda Jepang di tahun 2011 setelah tsunami yang menewaskan hampir 20.000 orang. Biksu Kaneda, kepala biksu di sebuah kuil Zen, mengatakan ia secara pribadi telah mengusir beberapa orang yang telah dirasuki oleh roh-roh korban tsunami, seperti yang ditulis oleh Richard Lloyd Parry di London Review of Books.

Gelombang tsunami menghantam beberapa tempat tinggal setelah gempa kuat di Natori, Prefektur Miyagi, Jepang, Jumat 11 Maret, 2011. (AP Photo / Kyodo News)
Percaya catau tidak, cerita-cerita ini dapat membuat terharu dan menakutkan:
  • Seorang petani yang secara sembrono mengunjungi lokasi tsunami sambil memakan es krim, membuat istrinya ketakutan dalam beberapa hari setelahnya dengan melompat-lompat dalam posisi merangkak, menjilati kasur, berteriak sepanjang malam, dan berkata, “Setiap orang harus mati.” Kaneda memarahi petani itu karena bertindak bodoh dan mengusir roh tersebut. “Sesuatu berhasil menahan Anda, mungkin orang mati yang tidak bisa menerima bahwa mereka telah mati.”
  • Sebuah stasiun pemadam kebakaran di Tagajo terus mendapatkan panggilan telepon ke tempat-tempat yang dihancurkan oleh tsunami, hingga para petugas pemadam kebakaran berdoa untuk arwah orang-orang yang telah meninggal, dan panggilan telepon itu pun berhenti berdering.
  • Seorang sopir taksi di Sendai menerima tumpangan seorang pria yang tampak sedih yang ingin pergi ke alamat yang telah terkena hanyutan tsunami. Sopir taksi itu menengok ke cermin dan melihat bahwa penumpangnya sudah pergi, tapi sopir itu terus melaju hingga alamat yang dituju dan membuka pintu bagi hantu itu untuk pergi.
  • Kaneda mengusir 25 roh yang satu demi satu merasuk ke dalam tubuh seorang wanita. Salah satu hantu mengatakan bahwa ia adalah seorang ayah yang mencoba mencari putrinya ketika gempa melanda. Kini ia berada di “bawah laut,” ia tidak bisa berenang ke permukaan karena “ada banyak mayat di sekitarku.”
tsunami ghost
Sepasang kekasih berjalan melalui puing-puing gempa bumi dan tsunami 11 Maret di daerah yang hancur di Kesennuma, Prefektur Miyagi, Jepang utara, Sabtu, 2 April, 2011. (AP Photo / Eugene Hoshiko)
Menurut Parry, agama yang tak terucapkan di Jepang, pemujaan para leluhur, mungkin berada di balik semua ini. Banyak orang Jepang menyimpan tanda peringatan untuk leluhurnya yang telah meninggal – ihai – dan menganggap mereka hidup dalam beberapa cara. Mengetahui hal ini, sebuah penerbit buku yang tidak percaya pada supernatural mengadakan acara pembacaan dari berbagai cerita hantu di pusat-pusat komunitas, di mana para penduduk setempat bisa menceritakan kisah mereka sendiri sebagai bentuk terapi. “Kami menyediakan alternatif untuk membantu orang-orang melalui kekuatan sastra,” katanya.

 Sumber : Japanesestation.com

0 comments: